Rabu, 02 Oktober 2013
PARAMETER PENCEMARAN UDARA
19.10
No comments
ABSTRAKSI
Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di kota- kota besar saat ini makin tinggi. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang,
truk, bus, lokomotif kereta api,
kapal terbang, dan
kapal laut, kendaraan bermotor saat ini maupun dikemudian hari akan terus menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di
perkotaan. Di DKI Jakarta, kontribusi bahan pencemar
dari kendaraan
bermotor ke udara adalah sekitar 70 %.
Resiko kesehatan
yang dikaitkan
dengan pencemaran
udara di perkotaan
secara umum, banyak
menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Di banyak kota
besar, gas
buang kendaraan
bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan
masalah pencemaran
udara pula.
Makalah ini dibuat untuk membahas
tentang Parameter Pencemaran Udara yang terjadi didalam lingkungan hidup
sehari-hari, terutama penyebab yang sering terjadi yaitu pencemaran udara
melalui asap yang dihasilkan dari kendaraan bermotor.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Udara merupakan komponen kehidupan yang
sangat vital bagi kehidupan manusia.
Akan tetapi, karena seiring
dengan perkembangan zaman yang diikuti oleh beragamnya aktifitas manusia,
kualitas udara kecenderungan mengalami penurunan. Beragam aktifitas manusia seperti kegiatan
industri, transportasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya memiliki peranan yang signifikan dalam
mendorongnya terjadi
pencemaran
udara.
Dari
hasil penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan yang dilakukan oleh FKM–UI tahun 1987 terhadap spesimen
darah pekerja
jalan tol Jagorawi,
menunjukkan kadar Timah
Hitam adalah
3,92-7,59 ug/dl.
Kemudian pada pengemudi dan petugas polantas diatas 40 ug/dl. Sedangkan kadar timah hitam di
udara kota Jakarta berkisar antara 0,2-1,8 ug/m3. Diperkirakan 1 ug/dl timbal di udara sudah dapat menyebabkan tercemarnya darah oleh timbal sekitar 2,5- 5,3 ud/dl. Selanjutnya akumulasi timbal sebesar 10
ug/dl dalam darah dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak hingga 2,5 poin. Diperkisakan pada tahun 1999 sebesar 1 juta poin tingkat kecerdasan
anak-anak di Jakarta telah hilang
Karbon dioksida atau zat asam
arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang jika diabaikan maka konsentrasinya akan
terakumulasi di atmosfer dan berpotensi menyebabkan pemanasan global dan dalam jangka
panjang akan mengakibatkan
perubahan
iklim yang berbahaya bagi
kehidupan manusia.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat disusun beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1.
Seberapa besar kontribusi kendaraan
bermotor dalam menghasilkan zat karbon dioksida?
2.
Bagaimana dampak zat karbon dioksida
dalam kehidupan sehari-hari?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian
ini adalah:
1.
Mengetahui
dan menganalisa
potensi
karbon dioksida yang
terbentuk
akibat kendaraan bermotor
dalam lingkungan sehari-hari
2.
Dapat diketahuinya dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh parameter pencemar udara dan dapat mengambil tindakan pengandalian.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
SULFUR DIOKSIDA
2.1.1 SIFAT
FISIKA DAN KIMIA
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar
diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan
yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida,
tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2
selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3
yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme
pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O2 < ---------
> SO2
2
SO2 + O2 < --------- >
2 SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat
dalam jumlah cukup, SO3
dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat
( H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :
SO SO2 + H2O2 ------------ >
H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4
di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal
dari mekanisme lainnya.
Setelah berada diatmosfir sebagai SO2
akan diubah menjadi SO3
(Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2
yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk
jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan
distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan
alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2
di
udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.
2.1.2
SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga
bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal
distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari
sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox,
misalnya pembakaran
arang, minyak bakar gas, kayu dan
sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari
proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.
Pabrik
peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam
bentuk garam
sulfida misalnya
tembaga (
CUFeS2 dan CU2S
), zink
(ZnS), Merkuri
(HgS) dan
Timbal (PbS). Kerbanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di
udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu
sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu
SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara.
2.1.3
DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Pencemaran
SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi
pada kadasr sebesar 0.5 ppm. Pengaruh
utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2
sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala
penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.
2.2 KARBON MONOKSIDA
2.2.1 SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Karbon
dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran
yang tidak sempurna dan
karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran
sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO
mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya
karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
2.2.2 SUMBER DAN DISTRIBUSI
Karbon
monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di
atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam
Sumber
CO buatan antara lain kendaraan
bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60
juta
Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini
berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan
sepertiganya berasal dari
sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.
Pemajanan
Co dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di
bengkel kendaraan bermotor
ditemukan mencapai
setinggi 600 mg/m3
dan didalam darah
para pekerja
bengkel tersebut
bisa mengandung HbCO sampai
lima kali lebih
tinggi dari
kadar nomal.
Para petugas
yang bekerja
dijalan raya
diketahui mengandung
HbCO dengan kadar 4–7,6% (porokok) dan
1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari bekarja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di
18
kota besar di
Amerika Utara menunjukan
bahwa 45 % dari masyarakat
bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di
dalam darahnya terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya
yang normal. Produksi
CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar 0,1+1% dari total HbCO dalam darah.
2.2.3
DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini
menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali
lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu,
metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak
dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan .Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit
jantung atau paru-paru
akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
Maka dari itu setidaknya para
pengguna setia kendaraan bermotor supaya bias mengalihkan perhatiannya terhadap
dampak kesehatannya sendiri karna bukan tidak mungkin penyakit yang dapat
dating setiap saat akan dating dengan sendirinya tanpa kita sadari.
BAB
III
METODE
PENELITIAN DAN DASAR BAB
Metode penulisan yang
dilakukan berdasarkan penelitian terhadap parameter-parameter pencemaran udara
yang terjadi dalam kehidupan sehaari-hari yang juga merupakan dampak dari
munculnya penyakit yang apabila tidak segera diminimalisir akan menjadi dampak
serius bagi manusia.
Sedangkan dasar bab
mencakup pembahasan tentang segala aspek yang ditinjau dalam pembahasan makalah
ini, dengan meneliti, mensurvey dan membandingkan semua penyebab yang terjadi
dalam parameter pencemaran udara.
BAB
IV
ANALISA
DAN PEMBAHASAN
2.1 Karbon Monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung
membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran
yang tidak sempurna dan
karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran
sempurna.
2.1.1 Sifat Fisika dan Kimia
Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO
mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya
karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
2.1.2 Sumber
dan Distribusi
Karbon
monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di
atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.
Sumber
CO buatan antara lain kendaraan
bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60
juta
Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini
berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan
sepertiganya berasal dari
sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.
Kadar
CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan
kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan
kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Pemajanan CO dari udara.
Pemajanan
Co dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di
bengkel kendaraan bermotor
ditemukan mencapai
setinggi 600 mg/m3
dan didalam darah
para pekerja
bengkel tersebut
bisa mengandung HbCO sampai
lima kali lebih
tinggi dari
kadar nomal.
Para petugas
yang bekerja
dijalan raya
diketahui mengandung
HbCO dengan kadar 4–7,6% (porokok) dan
1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari bekarja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di
18
kota besar di
Amerika Utara menunjukan
bahwa 45 % dari masyarakat
bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di
dalam darahnya terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya
yang normal. Produksi
CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar 0,1+1% dari total HbCO dalam darah.
2.1.3 Dampak Terhadap Kesehatan
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini
menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali
lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu,
metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak
dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan .Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit
jantung atau paru-paru
akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
Pengaruh
CO kadar tinggi terhadap
sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO
kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para
petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil
dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di
udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh
ini terlalu terlihat
pada perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.
Beberapa
studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih
ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70%
selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan
pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan
tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak berbeda. Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO dan menurunnya kapasitas maksimum oksigen.
2.1.4 Pencegahan dan Pengendalian
Karena polusi dimana-mana dan
membuat dampak yang kurang baik bagi kesehatan manusia maupun makhluk lain
seperti tumbuhan, pepohonan dll, maka perlu dilakukan pencegahan dan
meminimalisir dari polusi.
2.1.4.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b)
Melakukan
pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
2.1.4.2 Sumber Tidak Bergerak
a)
Memasang scruber pada cerobong
asap.
b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
2.1.4.3 Manusia
Apabila
kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24
jam
) maka untuk mencegah
dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a)
Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.
b) Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua
, Goa , dll.
2.1.5 Penanggulangan
a)
Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
-
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
-
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
2.2 Timbel
Timbel ditambahkan sebagai
bahan aditif
pada bensin
dalam bentuk
timbel organik
(tetraetil-Pb atau tetrametil-Pb). Pada pembakaran bensin,
timbel organik
ini berubah bentuk
menjadi timbel
anorganik.
Timbel yang dikeluarkan
sebagai gas buang
kendaraan bermotor merupakan
partikel-partikel yang berukuran sekitar 0,01 µm. Partikel-
partikel timbel ini akan bergabung
satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar,
dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada kenalpot.
2.2.2 Pengaruh
Timbel Terhadap Kesehatan
Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi.
Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat menyebabkan anemia,
ditemukan pada kadar Pb-darah
kelompok dewasa 60-80µg/100
ml dan kelompok
anak > 40 µg/100 ml. Pada kadar Pb- darah kelompok
dewasa sekitar 40
µg/100 ml diamati
telah ada gangguan terhadap sintesa Hb, seperti meningkatnya ekskresi asam aminolevulinat (ALA). Pengaruh
pada enzim
§-ALAD dapat diamati pada kadar Pb-darah sekitar 10µg/100 ml.
Akumulasi protoporfirin dalam
eritrosit
(FEP) yang merupakan akibat
dari terhambatnya
aktivitas enzim ferrochelatase , dapat terlihat
pada wanita edngan kadar Pb-darah 20- 30 µg/100 ml, pada pria dengan kadar 25- 35 µg/100 ml, dan pada anak dengan kadar > 15 µg/100 ml. Pengaruh
Pb terhadap hambatan aktivitas enzim ALAD tidak menyatakan adanya keracunan yang
membahayakan, tetapi
dapat menunjukkan adanya pajanan Pb terha dap tubuh. Meningkatnya ekskresi ALA dan akumulasi FEP adalam
urin
mencerminkan adanya kerusakan
fungsi fisiologi
yang pada
akhirnya dapat merusak fungsi metokhondrial.
BAB V
KESIMPULAN
Pada umumnya dalam berbagai
kasus pencemaran udara, dalam hal ini pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas
buang emisi kendaraan bermotor, dibutuhkan upaya segera dalam penanggulangannya. Pemantauan udara ambien dan emisi telah dilaksanakan di DKI
Jakarta. Hasil
pemantauan pada tahun
1996 yang
dilakukan dalam suatu studi oleh JICA, menunjukan bahwa diantara berbagai bahan pencemaran yang dipantau,
jenis
pencemar udara yang sering
dilampaui kreteria
mutu udara, adalah partikulat dan hidrokarbon (non-metan). Walaupun hasil penelitian mengenai dampak pencemaran kedua
parameter tersebut masih
belum konsisten, mengingat dampak yang telah disebutkan di atas, maka pencemaran partikulat dan hidrokarbon yang dicurigai dapat bersifat karsinogenik dan mutagenik,
perlu diwaspadai.
Di dalam pengendalian
pencemaran udara, seringkali
teknologi yang
tepat belum tentu menjamin dapat segera terlaksananya upaya tersebut. Pertimbangan segi ekonomi sering menjadi kendala utama. Di lain pihak kadang pemecaha
n tidak segera dapat
ditemukan karena kurangnya
fasilitas teknologi yang
ada.
Dalam keadaan seperti ini maka upaya pengendalian pencemaran terhadap lingkungan dapat dilakukan secara administratif dengan menerapkan peraturan perundangan yang telah ada secara ketat.